1. Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang popular di kota Yogyakarta dan terbesar di Indonesia. Candi ini sangat melekat dengan legendanya Roro Jonggrang, sehingga sering di kenal Candi Roro Jonggrang. Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten. Sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten. Sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Relief yang terpahat pada dinding candi Prambanan
menceritakan kisah Ramayana.
Terdapat juga relief pohon Kalpataru, dimana umat
Hindu menganggap pohon tersebut melambangkan kelestarian, kehidupan dan
keserasian.
Keberadaan pohon tersebut menggambarkan masyarakat jawa pada waktu
itu mempunyai kesadaran dalam melestarikan lingkungannya. Setiap bulan pada
bulan purnama di adakan even yaitu pementasan Sendratari Ramayana. Kisah
Ramayana yang diceritakan dalam pertunjukan ini merupakan terjemahan dari
relief yang dipahat pada dinding candi Prambanan.
Harga tiket masuk sebesar rp.8000,./orang untuk wisatawan local.
Harga tiket masuk sebesar U$10/ orang untuk wisatawan asing.
Fasilitas yang tersedia di sekitar kompleks candi Prambanan
terbilang cukup lengkap, seperti hotel atau rumah penginanapn, restoran atau
rumah makan, toko – toko cenderamata dan warnet. Pemandu wisata juga dengan
mudah dapat kita dapatkan dengan menelusuri jejak-jejek kejayaan peradaban Jawa
– Hindu.
2. Candi Ratu Boko
Situs Ratu Baka atau Candi Boko (bahasa Jawa: Candhi Ratu Baka) adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Situs Ratu Baka terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut. Luas keseluruhan kompleks adalah sekitar 25 ha.
Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan 'Panabwara'. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana.
Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi 'kekuatan' sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama. Selain situs sejarahnya yang cari, Sunset dan Sunrise di candi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Candi ini sering kali di jadikan lokasi foto prewedding.
3. Candi Ijo
Candi
Ijo terletak 4 km tenggara Candi Ratu Boko. Candi ini bisa di akses searah
dengan jalan utama menuju Candi Ratu Boko. Setelah melewati plang petunjuk ke
arah Ratu Boko, ambil jalan lurus, kurang lebih satu km akan ada petunjuk arah
ke Candi Ijo, belok ke arah kiri. Ikuti jalan dan petunjuk maka kita akan
sampai di Candi Ijo.Candi Ijo terletak di Desa Sambirejo, Kalasan, Sleman,
Yogyakarta. Konon candi ini adalah candi dengan letak tertinggi di Jogja karena
berada di tepian bukit. Oleh karena itu akses menuju candi ini menanjak
cukup tajam dan curam. Kondisi jalannya rusak cukup parah.
Posisinya berada pada lereng bukit dengan
ketinggian rata-rata 425 meter di atas permukaan laut.
Candi ini dinamakan "Ijo" karena berada di atas bukit yang disebut
Gumuk Ijo. Kompleks percandian membuka ke arah barat dengan panorama indah,
berupa persawahan dan bentang alam, seperti Bandara Adisucipto dan pantai Parangtritis.
Dataran
tempat kompleks utama candi memiliki luas sekitar 0,8 hektare, namun kuat
dugaan bahwa kompleks percandian Ijo jauh lebih luas, dan menjorok ke barat dan
utara. Dugaan itu didasarkan pada kenyataan bahwa ketika lereng bukit Candi Ijo
di sebelah timur dan sebelah utara ditambang oleh penduduk, banyak ditemukan
artefak yang mempunyai kaitan dengan candi.
Ragam
relief yang dapat kita jumpai yang terpahat pada dinding candi menandakan candi
ini peninggalan umat Hindu. Diatas pintu masuk terdapat kala makara dengan
motif kepala ganda dan atributnya. Kala makara dapat juga dijumpai pada candi
penganut Budha yang menunjukkan bahwa candi ini merupakan bentuk akulturasi
yaitu proses sosial yang timbul apabila terjadi pencampuran dua kebudayaan atau
lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi dalam hal ini antara
kebudayaan Budha dan kebudayaan Hindu. Beberapa candi yang mempunyai motif kala
makara antara lain candi Ngawen, Candi Plaosan dan Candi Sari. Keunikan lain
yang dimiliki Candi Ijo ini adalah bekas salah satu pondasi candi yang dipahat
langsung dari bukit kapur yang tertanam pada tanah. Berbeda dengan pondasi
candi pada umumnya yang tersusun dari batu-batu andesit. Pahatan yang dilakukan
di batu kapur ini dapat anda lihat sementara badan bangunannya masih belum
tersusun. Wisatawan yang berkunjung ke Candi Ijo untuk sekarang ini cukup
mengisi buku tamu tanpa dipungut biaya, tetapi rencananya Pemkab Sleman akan
segera menarik retribusi masuk ke tempat ini.
4. Candi Kalasan
Candi Kalasan ini selesai dibangun pada tahun 778M sehingga merupakan Candi Buddha tertua di Yogyakarta.
Tempat wisata candi ini terletak di Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Atau, kira-kira sekitar 2 km di sebelah barat dari Candi Prambanan. Jika dari Jogja, berjarak sekitar 15 kilometer sebelah timur. Candi Kalasan mempunyai akses, sarana, dan prasarana yang sangat memadai.
Bangunan Candi Kalasan mempunyai tinggi 34 meter, panjang dan lebar 45 meter. Terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian bawah atau kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Bagian terbawah candi merupakan kaki candi yang berdiri di sebuah alas batu yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 45 meter dan sebuah batu lebar.
Candi Kalasan ini memiliki stupa-stupa dengan tinggi sekitar 4,6 meter, berjumlah 52 buah disekelilingnya. Candi Kalasan ini pulalah yang menjadi salah satu bangunan suci yang menginspirasi Atisha, yakni seorang Buddhis asal India yang pernah mengunjungi Kalasan dan Borobudur serta menyebarkan ajaran Buddha ke Tibet.
5. Candi Sari
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.
Menurut literasi sejarah, Candi Sari Kalasan dulunya digunakan sebagai asrama pendeta Buddha. Hal ini terlihat dari bentuk arsitektur Candi Sari yang menurut saya, agak mirip rumah. Tidak seperti arsitektur candi-candi kebanyakan yang digunakan sebagai tempat suci pemujaan dewa-dewi. Terdapat semacam jendela di tingkat kedua candi. Sedangkan puncaknya berupa deretan stupa yang berhiaskan relief unik.
Candi Sari bukanlah candi yang besar. Kira-kira hanya berukuran 17 x 10 meter persegi. Tingginya sekitar 18 meter. Di bagian luar terdapat pahatan arca Kinara-Kinari atau manusia burung dan di bagian dalamnya terdapat 3 ruangan berjajar yang dipisahkan oleh pintu.
Harga Tiket masuknya hanya 2000 per orang
6. Candi Sambi Sari
Candi Sambisari adalah candi Hindu (Siwa) yang berada di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, kira-kira 12 km di sebelah timur kota Yogyakarta ke arah kota Solo atau kira-kira 4 km sebelum kompleks Candi Prambanan.
Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Candi ini ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari dan dipugar pada tahun 1986 oleh Dinas Purbakala. Nama desa ini kemudian diabadikan menjadi nama candi tersebut.
Posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya batu material volkanik di sekitar candi.Dengan dikelilingi oleh pagar batu dengan ukuran 50 m x 48 m, kompleks ini mempunyai candi utama didampingi oleh tiga candi perwara (pendamping). Pada bagian luar dinding bangunan utama terdapat relung yang berisi patung Durga Mahisasuramardini (di sebelah utara), patung Ganesha (sebelah timur), patung Agastya (sebelah selatan), dan di sebelah barat terdapat dua patung dewa penjaga pintu: Mahakala dan Nandiswara. Di dalam candi utama terdapat lingga dan yoni dengan ukuran cukup besar. Pada saat penggalian ditemukan berbagai benda lainnya di antaranya adalah beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam, serta prasasti. (wikipedia)
7. Candi Plaosan
Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno.Candi Plaosan merupakan bangunan yang berupa dua candi kembar karena ukuran dan bentuk candi tersebut sama. Candi yang berdiri di sebelah selatan bernama Candi Plaosan Kidul, sedangan candi yang berdiri di sebelah utara bernama Candi Plaosan Lor. Candi kembar tersebut berukuran panjang 15 meter , lebar 10 meter dan tinggi 15 meter. Yang membedakan antara kedua candi tersebut adalah relief dan ornamen yang memiliki bentuk dan corak tersendiri.
Candi Plaosan Adalah Candi Kembar
Jarak antara Candi Plaosan Lor dengan Candi Plaosan Kidul sekitar 20 m dan dibatasi atau dipisahkan oleh tembok pembatas yang mengelilingi masing-masing candi tersebut. Terdapat pahatan gapura yang berfungsi sebagai jalan keluar masuk menuju halaman masing-masing candi tersebut. Candi Plaosan merupakan perpaduan antara kebudayaan Hindu dan Budha yang terlihat dari bentuk dan struktur bangunan candi, candi dengan bangunan yang menjulang tinggi merupakan ciri dari candi peninggalan Hindu, sedangkan dasar candi dengan struktur yang lebar menunjukkan bangunan candi tersebut bercirikan peninggalan kebudayaan Budha.
Candi Plaosan Yogyakarta
Candi Plaosan memiliki kekuatan cita pasangan dari Rakai Pikatan dengan Pramudya Wardani sehingga dapat mendatangkan berkah asmara bagi siapa saja yang mengunjungi candi ini. Konon candi Plaosan ini mampu mendatangkan berkah bagi pasangan yang belum mendapatlkan keturunan, dengan memohon di tempat ini maka harapan dari pasangan tersebut akhirnya berhasil mendapatkan keturunan seperti yang diharapkan. Waktu permohonan sebaiknya dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon atau malam Selasa Kliwon. Ritual harus dilakukan sebanyak tiga kali, baik itu tiga kali berturut-turut ataupun tiga kali dengan hari yang berlainan, yang penting ritualnya genap tiga kali.
Untuk memasuki kawasan candi ini hanya dimintai biaya seikhlasnya dan mengisi buku tamu, biaya parkir roda dua Rp.1.000,- dan biaya parkir mobil Rp.2.000,-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar